Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang minggu lalu masih positif tipis +0.15% WoW (Week on Week) ditutup di 6,231.93 per tanggal 19 Feb 2021 dan bila dibandingkan dengan kinerja 2 minggu sebelum ini dimana IHSG naik 1.15% maka terjadi perlambatan yang bisa mengindikasikan tanda-tanda awal pelemahan trend laju indeks. Adapun kinerja bulanan IHSG -1.42% MoM (Month on Month) dan secara tahunan IHSG membukukan positif return +5.11% YoY.
Berlawanan dengan kenaikan IHSG yang didorong oleh investor ritel di saham menengah-kecil, Indeks LQ45 pun turun tipis -0.18% WoW seiring keluarnya investor asing di pasar regular Rp. 556.22 miliar. Penurunan ini kemungkinan disebabkan revisi proyeksi pertumbuhan kredit 2021 oleh Bank Indonesia dari semula 7% - 9% menjadi 5% - 7% akibat kontraksi kredit pada Januari 2021 sebesar 1.92% YoY dibandingkan dengan kontraksi 2.41% YoY pada Desember 2020. Selain itu kurs Rupiah juga melemah terhadap US$ sebesar 1% selama seminggu terakhir.
Mengantisipasi potensi aksi ambil untung di pasar saham minggu ini, investor bisa mulai mengalihkan portofolionya ke reksa dana yang relatif kurang volatile dibanding reksa dana saham, salah satu alternatif adalah ke reksa dana campuran yang lebih fleksibel. Dengan sifat fleksibel dimana manajer investasi mempunyai kisaran lebih lebar dalam berinvestasi di saham maupun surat hutang hingga maksimal 79% maka investor secara teoritis tidak perlu lagi memikirkan kapan switching antara reksa dana saham dan campuran, biar Manajer Investasi yang melakukannya. Walaupun mempunyai keunggulan fleksibel namun kenyataannya reksa dana campuran kurang popular dibanding reksa dana saham maupun pendapatan tetap seperti tercermin dari Asset Under Management (AUM) atau dana kelolaan dimana per akhir 2021, AUM reksa dana campuran Rp. 25.7 triliun jauh lebih kecil dibandingkan AUM reksa dana saham Rp. 122.1 triliun dan AUM reksa dana pendapatan tetap Rp. 126.1 triliun. Selain keunggulan fleksibilitas, reksa dana campuran berpotensi meraup return relatif lebih besar dibanding reksa dana pendapatan tetap namun resikonya juga lebih tinggi.
Mengutip data dari www.infovesta.com untuk kinerja reksa dana campuran yang dijual via PT Investamart Principal Optima per 1 bulan terakhir seperti terlihat di grafik ternyata Sucorinvest Flexi Fund menjadi satu-satunya yang menorehkan hasil positif dan tertinggi diantara pesaingnya, yaitu +4.90% MoM. Scoring yang apik dan konsisten menambah kepercayaan kita terpantau bintang 4+ dengan durasi pengamatan 6 bulan terakhir dan bintang 4 untuk periode 1 tahun terakhir. Kinerja setahun terakhir juga cukup fantastis di 20.7% YoY dengan risiko lebih rendah dari Infovesta Balance Fund Index. Dengan dana kelolaan Rp. 245 miliar, reksa dana ini masih cocok bagi investor individu yang dananya relative tidak sebesar investor institusi sehingga likuiditas bila mencairkan dananya tetap terjaga.
Untuk saat ini kami hanya merekomendasikan Sucorinvest Flexi Fund mengingat kinerja reksa dana campuran pesaingnya masih relative tertinggal dalam hal kinerja return.