Seperti sudah dituliskan di Weekly Recommendation minggu lalu bahwa mulai terlihat tanda-tanda trend kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) setelah menyentuh level support sehingga akhirnya IHSG ditutup di 6,086.26 membaik 0.26% WoW (Week on Week) sedangkan kinerja sebulan masih -3.54% MoM (Month on Month) dan setahun terakhir +35.84% YoY (Year on Year) adapun Indeks LQ45 parkir di 907.67 hanya naik tipis 0.13% WoW dan kinerja sebulan terakhir -3.76% MoM serta return setahun terakhir +36.979% YoY. Kenaikan IHSG dan LQ45 terjadi walaupun investor asing masih mengalirnya aksi jual sebesar Rp. 141.6 miliar di pasar reguler sepanjang minggu lalu. Namun investor asing melakukan aksi net buy di pasar Negosiasi dan Tunai sebanyak Rp. 980 miliar alhasil secara total asing masih membukukan transaksi net buy Rp. 838 di semua pasar (Negosiasi + Tunai + Reguler).
Minggu lalu beberapa investor menanyakan mengenai penawaran reksa dana terproteksi dengan asset dasar (underlying asset) obligasi perusahaan dengan indikasi kupon sekitar 7.5% p.a dan ada pula penawaran obligasi retail yang diterbitkan perusahaan BUMN konstruksi dengan kupon relatif tinggi yaitu sekitar 9.75% p.a. Semuanya jatuh tempo 3 tahun ke depan. Kali ini bukan reksa dana terproteksi dan obligasi ritel BUMN yang ingin penulis jabarkan, namun alternatif investasi lainnya yang relatif aman dan lebih likuid yaitu reksa dana pasar uang (Money Market Fund).
Problem dari investasi di Reksa Dana Terproteksi adalah lock-up period yaitu periode dimana investor tidak boleh mencairkan Sebagian / seluruh dananya dan kalau tetap ngotot akan dikenakan biaya penjualan atau penalti yang relatif besar. Memang beberapa Reksa Dana Terproteksi memberlakukan semacam Exit Windows yaitu periode dimana investor boleh mencairkan sebagian dananya sebelum jatuh tempo, namun periode ini biasanya juga tidak terlalu pendek misalnya setelah 1 tahun baru boleh diredeem sebagian dana. Hal ini tidak terjadi jika investor berinvestasi di reksa dana pasar uang yang boleh dicairkan setiap saat tanpa penalti alias fee redeem = 0?mikian juga fee subscribe = 0% karena soal fee ini sudah dimasukkan ke dalam peraturan OJK jadi berlaku untuk semua reksa dana pasar uang di Indonesia. Tentu saja keluwesan likuiditas ini berimplikasi return dari reksa dana pasar uang yang lebih kecil dibanding reksa dana terproteksi maupun obligasi retail korporat.
Ada lagi keunggulan dari reksa dana pasar uang dibandingkan reksa dana terproteksi yaitu diverisifikasi isi portofolionya. Bila reksa dana terproteksi berisi 1 atau 2 obligasi saja, maka reksa dana pasar uang wajib berisi banyak obligasi dengan jatuh tempo kurang dari 1 tahun dan sisanya di deposito pada beberapa bank. Disisi lain transparansi isi portfolio reksa dana pasar uang memang tidak sejelas reksa dana terproteksi.
Investamart menyediakan cukup banyak pilihan reksa dana pasar uang baik yang konvensional maupun Syariah. Kinerja dari reksa dana pasar uang selama periode 1 tahun terakhir per tanggal 16 Apr 2021, yang dijual via PT Investamart disajikan di grafik dan tabel berikut.
Terlihat return terbesar setahun terakhir tidak mencapai angka 7% tepatnya 5.95% p.a ditorehkan HPAM Ultima Money Market. Dengan socring 6 bulan dan 1 tahun terakhir Bintang 4+serta Scoring 3 tahun terakhir Bintang 4- dan dana kelolaan Rp. 230 miliar reksa dana ini layak dipilih. Alternatif lainnya adalah Maybank Dana Pasar Uang +5.3&% p.a yang memiliki dana kelolaan relatif menengah sebesar Rp. 476 miliar dengan Scoring 6 bulan dan 1 tahun terakhir Bintang 4+ dan Scoring 3 tahun terakhir Bintang 4. Selain itu Syailendra Dana Kas hanya terpaut tipis +5.32% p.a dengan Scoring mirip namun unggul di besarnya Asset Under Management (AUM) yang besar yaitu Rp. 2.08 triliun sehingga kemungkinan bisa mendapatkan rate yang bagus saat menempatkan dana di deposito. Terakhir Danamas Rupiah Plus cocok bagi tipe investor yang menginginkan stabilitas return yang jika digambarkan grafik return nya nyaris seperti garis lurus. Namun biasanya return yang dihasilkan tidak bisa menjadi yang tertinggi saat pasar rebound
Dengan penurunan suku bunga hingga mencapai titik terendah maka diproyeksikan tahun ini dan tahun depan return dari reksa dana pasar uang tidak bisa sebesar return historis. Proyeksi penulis angkanya ada disekitar 4.0% - 4.5% p.a. Investor perlu bijak menyikapi return di reksa dana pasar uang karena bila terlalu tinggi, bisa berbahaya karena penempatan di obligasi yang kurang aman atau deposito di bank kecil demi mengejar bunga tinggi tapi mengorbankan faktor keamanan investasi.